Suatu kali, di warung kopi yang terletak di tengah hingar bingar keramaian Ibukota. Aku menemukan semacam obrolan hangat dengan seseorang entah siapa. Entah dari mana obrolan semacam itu dimulai, yang intinya bagaimana kamu menjatuhkan berbagai pilihan hingga sampai pada step ini.
…..
Me : “Jika
kamu diminta memilih, dan kamu berhak memilih 3 pilihan, antara Ibu, Bapak,saudara
perempuanmu, anak-anak kesayangan yang sekarang sedang di rumah, dan istrimu,
kamu akan memilih yang mana ?”
X : “hahaha,
jenis pertanyaan yang ga jelas. Kenapa aku harus memilih ?”
Me : “Terkadang aku memang menanyakan hal yang
tidak penting, tapi coba kamu jawab, aku hanya ingin tahu”
X : “hahaha,
ga jelas”
Me : “Kamu
tidak cukup cerdas untuk menjawabnya, atau kamu takut dengan pilihan? Hahaha”
X : “…..”
Me : “Baiklah
aku tidak memaksa”
X : “Aku akan
memilih Ibu, anak dan istriku”
Me : “Memang
untuk memilih yang kita prioritaskan itu tidak mudah ya, semua keluarga adalah
prioritas kita. Ternyata kamu penyayang wanita, buktinya memilih sekelompok
wanita yang ada di sekitarmu, hahaha”
X : “Karena
wanita diciptakan untuk disayangi, hahaha”
Me : “Ya
konteksnya dalam keluarga, asal jangan menyayangi banyak wanita saja hahaha”
Kami
tertawa, mengerti maksud pembicaraan ini. Obrolan yang penuh tawa dan tidak
jelas. Aku mulai melemparkan pertanyaan lagi. Hal atau pertanyaan yang tidak penting
memang. Tapi kan hak ku bertanya, urusanmu menjawab atau tidak mau menjawabnya.
Me : “Jika
pertanyaan dipersempit, apakah kamu masih bersedia menjawabnya ?”
X : “hahahaha”
Me : “Oke,
aku menganggap tertawamu adalah jawaban yang berarti iya bersedia. Adalah, jika
kamu disuruh memilih lagi, 2 diantaranya. Siapa yang akan kamu pilih ?”
X : “Hmmmmm,
haruskah ?”
Me : “That’s
up to you, I told that your last laugh means an agreement to gimme an answer. So,
it’s up to you, but it’s a MUST Hahhaha”
X : “….”
Me : “hahaha”
X : “I
choose my mother and my wife, and please don’t ask me to choose one of them”
Me : “hahaha,
It means you ask me to ask. So please tell me who is the most important ? Siapa
yang akan kamu pilih jika pilihan dikerucutkan menjadi 1 pilihan saja ?”
X : “Damn
you ! I ask don’t, but you ask me to choose”
Terdiam
sejenak.
X : “Aku,
akan memilih istriku”
Terdiam
cukup lama.
Me : “Oke. Dari
berbagai pilihan tadi kenapa akhirnya kamu memilih istrimu ? Bukan anak-anak
kesayangan ? atau ayahmu yang mencarikan nafkah dan melindungimu semasa kamu
sekolah, atau ibumu yang telah mengandung, menyayangi dan mendidikmu dengan
tulus ? atau saudara perempuanmu yang baik ? Bolehkah aku tahu ?”
Obrolan yang
tadinya ringan mulai terasa berat dengan setiap kata “Mengapa dan Kenapa?”. Memang
jenis pertanyaan yang diawali kata Mengapa dan Kenapa adalah jenis pertanyaan
yang harus agak dipikirkan. Karena memerlukan
kalimat jawab yang logis dan nyambung. Serta lebih panjang dibandingkan pasangan
jawaban dari pertanyaan lain. Apa, kapan, dimana, siapa adalah jenis tanya yang
bisa dijawab dengan satu kata. Namun mengapa adalah jenis pertanyaan yang
memerlukan penjelasan.
X : “Dari
pertanyaan pertama tadi, aku memilih Ibu, anak-anak, dan istriku. Yah, dan
akhirnya dipertanyaan terakhir. Aku memilih istriku. Karena….” Diam yang cukup
membuatku mati gaya.
“…karena Ibu
dan anak-anak adalah sebuah pemberian. Aku tidak bisa memilih siapa yang akan
menjadi Ibuku, siapa yang akan menjadi anakku. Sementara Istri adalah
pilihanku, aku sendiri yang memilihnya. Meskipun itu tetap sebuah pemberian
dari Yang Maha Kuasa, tapi setidaknya aku diperkenankan untuk memilih siapa
yang menjadi pendampingku. Aku memilihnya karena dia adalah pilihanku”
………..
No comments:
Post a Comment