Saturday, 3 October 2015

Unimportant Question


Suatu kali, di warung kopi yang terletak di tengah hingar bingar keramaian Ibukota. Aku menemukan semacam obrolan hangat dengan seseorang entah siapa. Entah dari mana obrolan semacam itu dimulai, yang intinya bagaimana kamu menjatuhkan berbagai pilihan hingga sampai pada step ini.
…..
Me : “Jika kamu diminta memilih, dan kamu berhak memilih 3 pilihan, antara Ibu, Bapak,saudara perempuanmu, anak-anak kesayangan yang sekarang sedang di rumah, dan istrimu, kamu akan memilih yang mana ?”
X : “hahaha, jenis pertanyaan yang ga jelas. Kenapa aku harus memilih ?”
Me  : “Terkadang aku memang menanyakan hal yang tidak penting, tapi coba kamu jawab, aku hanya ingin tahu”
X : “hahaha, ga jelas”

Me : “Kamu tidak cukup cerdas untuk menjawabnya, atau kamu takut dengan pilihan? Hahaha”
X : “…..”
Me : “Baiklah aku tidak memaksa”
X : “Aku akan memilih Ibu, anak dan istriku”
Me : “Memang untuk memilih yang kita prioritaskan itu tidak mudah ya, semua keluarga adalah prioritas kita. Ternyata kamu penyayang wanita, buktinya memilih sekelompok wanita yang ada di sekitarmu, hahaha”
X : “Karena wanita diciptakan untuk disayangi, hahaha”
Me : “Ya konteksnya dalam keluarga, asal jangan menyayangi banyak wanita saja hahaha”
Kami tertawa, mengerti maksud pembicaraan ini. Obrolan yang penuh tawa dan tidak jelas. Aku mulai melemparkan pertanyaan lagi. Hal atau pertanyaan yang tidak penting memang. Tapi kan hak ku bertanya, urusanmu menjawab atau tidak mau menjawabnya.
Me : “Jika pertanyaan dipersempit, apakah kamu masih bersedia menjawabnya ?”
X : “hahahaha”
Me : “Oke, aku menganggap tertawamu adalah jawaban yang berarti iya bersedia. Adalah, jika kamu disuruh memilih lagi, 2 diantaranya. Siapa yang akan kamu pilih ?”
X : “Hmmmmm, haruskah ?”
Me : “That’s up to you, I told that your last laugh means an agreement to gimme an answer. So, it’s up to you, but it’s a MUST Hahhaha”
X : “….”
Me : “hahaha”
X : “I choose my mother and my wife, and please don’t ask me to choose one of them”
Me : “hahaha, It means you ask me to ask. So please tell me who is the most important ? Siapa yang akan kamu pilih jika pilihan dikerucutkan menjadi 1 pilihan saja ?”
X : “Damn you ! I ask don’t, but you ask me to choose”
Terdiam sejenak.
X : “Aku, akan memilih istriku”
Terdiam cukup lama.
Me : “Oke. Dari berbagai pilihan tadi kenapa akhirnya kamu memilih istrimu ? Bukan anak-anak kesayangan ? atau ayahmu yang mencarikan nafkah dan melindungimu semasa kamu sekolah, atau ibumu yang telah mengandung, menyayangi dan mendidikmu dengan tulus ? atau saudara perempuanmu yang baik ? Bolehkah aku tahu ?”
Obrolan yang tadinya ringan mulai terasa berat dengan setiap kata “Mengapa dan Kenapa?”. Memang jenis pertanyaan yang diawali kata Mengapa dan Kenapa adalah jenis pertanyaan yang harus agak dipikirkan. Karena memerlukan kalimat jawab yang logis dan nyambung. Serta lebih panjang dibandingkan pasangan jawaban dari pertanyaan lain. Apa, kapan, dimana, siapa adalah jenis tanya yang bisa dijawab dengan satu kata. Namun mengapa adalah jenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan.
X : “Dari pertanyaan pertama tadi, aku memilih Ibu, anak-anak, dan istriku. Yah, dan akhirnya dipertanyaan terakhir. Aku memilih istriku. Karena….” Diam yang cukup membuatku mati gaya.
“…karena Ibu dan anak-anak adalah sebuah pemberian. Aku tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi Ibuku, siapa yang akan menjadi anakku. Sementara Istri adalah pilihanku, aku sendiri yang memilihnya. Meskipun itu tetap sebuah pemberian dari Yang Maha Kuasa, tapi setidaknya aku diperkenankan untuk memilih siapa yang menjadi pendampingku. Aku memilihnya karena dia adalah pilihanku”

………..

No comments:

Post a Comment