Rabu ini menjadi hari yang bersejarah
untuk teman baikku, Deajeng Wuladari. Tepat ditanggal ini dia akan melaksanakan
ujian pendadaran alias sidang. Sebagai hal yang sudah membudaya di kampusku,
ketika temennya mau sidang, temen yang lain lah yang mempersiapkan segala
kebutuhannya (:except persiapan belajar buat di ruang sidangnya). Kayak nyiapin
sncak, jajan buat temen2, ngurus ruangan, bukain ruangan pagi2, nyalain LCD,
etc. pagi itu ku niatkan memang untuk bangun pagi, jam 5 pagi aku mulai
bergegas mengambil handuk dan segera berkemas rapi dengan pakaian ku. Kemudian
aku menyentuh layar hape putih ku, memencet no Evi dan mengabarkan kalau aku
udah bangun dan udah siap. Then, beberapa menit kemudian Evi datang ke kos dan
kita pergi ke roti Kecil di deket pom bensin Jebres. Dinginnya masuk tulang,
hihi. Kita ambil sncak buat dosen dan penguji, kemudian , meluncur ke kampus.
Bergegas ke lantai 3 gedung B di depan ruang sidang. Dan ternyata kita yang
pertama datang. Belom terlihat Ajeng dan Eki karena memang sampai saat itu jam
ku menunjukkan pukul 06:50. Kita memutuskan untuk makan jajanan yang kita beli
di toko kue tadi, arem2 dan risoles cukuplah untuk sarapan pengganjal pagi ini.
Kemudian hape Evi bergetar dan mengeluarkan suara kecil, sulit terjangkau di
telinga manusia yang beradius 5 meter. Dan ternyata sms dari Ajeng. “Kalau udah
di kampus, tolong ambilin kuncinya dulu”. Alhasil Evi pergi ke gedung A dan aku
sebagai penjaga snack duduk dan memainkan ponselku. Berharap ponselku segera
berdering, tapiiiii…..
Beberapa menit kemudian Evi datang
dan berkata “Kuncinya ga ada di Gedung A, masih dibawa yang ujian kemarin” .
oke, reflek pikiran ke Nela, tapi ternyata peminjam yang tercatat adalah Ilham.
Tak berpikir lama aku segera menelpon Ilham, dan jam tangan ku menunjukkan
pukul 07.09. beberapa kali tadi Evi sambil jalan dari gedung A ke gedung B
sudah menelpon Ilham, namun tak juga diangkat. Namun Alhamdulillah suara
tululung itu mulai berganti irama menjadi suara “Hallo” yang terdengar sangat
berat. Singkat cerita Ilham bilang kalau kuncinya ada di Nela. Segera mungkin
Evi memencet hape nya dan menelpon Nela, singkat cerita lagi kita berdua
langsung meluncur ke kos Nela pukul 07:10. Dan tepat saat itu di tangga kita
berpapasan dengan Ajeng dan Eki. Tanpa muka panik aku dan Evi pamit untuk
mengambil kunci (:tanpa menyebutkan dimana kami akan mengambil kunci).
Oke kunci sudah di tangan, then I
opened the door. Berusaha seperti selayaknya manusia biasa memutar gagang
kunci. Dan tiba-tiba. Kleeeek. :’( the key was broken, and I don’t know what to
do. L feel so guilty. :’(
aaaaa, semua orang di situ shock. Ada
Ajeng, Eki, Kusnanto, Evi. Kemudian aku berlari menuju gedung A mencari kunci
serep nya. Namun ternyata pak satpam penunggu kunci ga ada :’(. Berjalan
berkeliling mengitari gedung A dan C, namun tak satupun satpam kulihat di situ.
:’(. Aaarrrgggh. Kemudian ak berlari lagi mencari. Alhasil kutemukan pak Satpam
di suatu tempat, dan aku meminta kunci serep. Namun jawaban dari beliau ternyata
tidak seperti yang aku harapkan “ga ada kunci serepnya mbak”.
Kemudian aku minta kunci ruang sidang
yang lain, dan ingin pindah ruang. Sesegera mungkin minta kunci ruang yang lain
itu, namun pak satpam memberi tahu ku bahwa pengelola kunci ruangan tersebut
adalah jurusan (:kalau ga jurusan kimia, ya fisika). Oh my God. Aku berlari
lagi dengan sepatu biru ku. Marathon pagi dari gedung A ke gedung B, dan
menanyakan ke pihak jurusan fisika. Pihak jurusan Fisika bilang kalau yang
megang kunci ya yang di gedung A. whaaaat ?
Aku naik saja ke lantai 3 lagi,
melihat ruang berapa calon ruangan yang mau dipakai, oke, 3.05. aku berlari
lagi ke gedung A dan menanyakan ke pihak pengelola kunci. Dengan penjelasan
aaaa….bbb….c….. akhirnya diberikan juga kunci tersebut, dengan jaminan KTP ku.
Oh,
Aku berlari dan segera dataaaaaang
Jeeeeeeng.
Alhamdulillah pukul 07:30 tepat semua
beres, dan tepat setelah selesai, pembimbing dan penguji nya Ajeng datang. Dan
aku menghela napas lega. So breath.
Tidak hanya itu ternyata ceritanya,
namun sayang tak bisa diceritakan di sini :’)
Yang pasti, I’m so respect to “ahli
kunci” di belakang UNS. Aku akhirnya menduplikat kunci yang kupatahkan dan
segera ku kembalikan ke pengelola di gedung A. sangat salut kepada ahli kunci,
cepet banget menggandakan kunci yang patah. Dan cocok. Oh my God, I can’t
imagine how he did it.
And, I’m so sorry Jeng. Baiknya, pada dasarnya kamu punya sifat yang calm dan ga panic dalam kondisi seperti ini. Dan aku merasa gagal menjadi teman mu. :’(
No comments:
Post a Comment