Friday 27 July 2012

Solo dan Tangerang




Tangerang, Jum’at 27 Juli 2012


Yaaa, jule, 27th 2012.
Hari ini seperti hari-hari sebelumnya saya pergi ke LIPI dari rumah kakak saya di kawasan Jombang, Tangerang, masih ada beberapa hari untuk menyelesaikan kewajiban magang di Instansi Pemerintah itu. Yah, hampir sebulan saya tinggal di kota yang mepet dengan ibukota ini. Aksesnya pun begitu mudah untuk mencapai ibukota dan sekitarnya, banyak kendaraan umum seperti angkot yang tersedia dari pagi-pagi buta sampai malam sekitar jam 9. Kemudian KRL (Kereta Listrik) yang tersedia di setiap stasiun besar mapun kecil, dan cukup transit dengan uang 6.000 rupiah sudah bisa jalan-jalan. Then ada ojek yang berkeliaran dimana-mana, terlebih ketika turun dari angkot, pasti udah disamperin sama abang ojek yang menawarkan jasanya. Kemudian taksi yang tidak cukup mendominasi kemacetan ibukota, tapi cukup tersedia banyak jika dibandingkan dengan kota dimana saya belajar. Solo, yah solo. Ngomong-ngomong tentang Solo, hidup di Tangerang dan di Solo sangat jauh berbeda menurut saya. Banyak hal yang mendominasi perbedaan itu, pertama dari segi lingkungan, jelas Solo masih sangat kondusif dan sehat, bersih. Sementara di Tangerang begitu banyak sampah berserakan #nooffense . buang sampah di pinggir jalan itu seperti hal yang wajar, beberapa kali saya mengamati pengendara kendaraan atau penumpang angkot seenaknya aja melempar plastik yang isinya sampah kepinggir jalan, dan berlalu begitu saja. Oh, di area Solo saya masih bisa menegur orang-orang semacam ini (biasalah, ikut komunitas lingkungan) dan saya masih berani memungut sampah dari orang yang membuang sampah sembarangan di depan saya ketika di Solo. Tapi di sini, oh God, kesadaran masyarakat akan lingkungan sangatlah rendah. :’(
Yah, kita lihat dari segi yang lain, mengenai kedisiplinan berkendaraan. Klakson saling saut-sautan, menandakan betapa egois dan tidak sabarnya manusia2 macam ini. Semua ingin menang sendiri. Yang seharusnya berhenti di belakang marka jalan, ini malah kebanyakan berhenti di depan garis. Oh, God. Ini semua memang hal sepele, tapi bukankah itu merupakan awal dari budaya korupsi ? bagaimana tidak, sedikit demi sedikit dikikis dan dianggap sebagai suatu hal yang wajar.
Oke, kita lihat dari sisi yang berbeda lagi. Dari sisi kepekaan, yah, ini memang sangat individu dan tergantung dari masing-masing orang. Yah, disini saya sekedar share dari apa yang saya rasakan saja. Heehe. Di sini, begitu banyak orang “minta-minta” dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Di Solo, keadaan semacam ini menjadi suatu hal yang sangat jarang, tapi di sini menjadi hal yang biasa saja. Bukan berarti saya tidak mau keluar dari area nyaman Solo, tapi sungguh. Solo masih lebih baik dibandingkan tinggal di sini, dengan pakaian masyarakat Solo yang masih tergolong “sopan” juga masih bisa dijadikan alasan untuk lebih mudah dalam memilih lingkungan yang lebih baik. Hehe
Yah, ini sekedar share saja, J
Tapi menurut saya, Solo yang tekenal dengan slogan the spirit of java nya ini memang benar2 spirit dan kota yang “ayem” J semoga dengan berpindahnya pak JokoWi ke Jakarta (amiin) Solo tetap Berjaya dan damai. J tetap mampu mempertahankan nilai-nilai kebudayaannya, menjunjung kearifan lokalnya. J
Bukan berarti Tangerang adalah kota yang tidak nyaman, yah mungkin karena memang mother of town saya di sekitaran Solo, jadi saya lebih merasa cocok dengan lingkungan Solo. J meskipun banyak yang bilang “ndeso” :D
Semoga kedepannya Tangerang menjadi kota yang bersih dan kota yang nyaman bagi para penghuninya. J
Bravo INDONESIA ! :D

No comments:

Post a Comment