Sunday 28 February 2016

Yakin Usaha Sampai

Dedicate to : Ikhwan Fathoni

Aku belajar kedisiplinan dan kegigihan dari orang ini.

Tak ku ragukan lagi setiap usahanya untuk mendapatkan sesuatu, ia selalu bersungguh-sungguh dalam berusaha. Tak pernah setengah-setengah, atau bahkan hanya seperempat usaha. Ia selalu mengupayakan usahanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, dengan kerja keras, dan do’a yang sungguh-sungguh.

Selama 3 bulan terakhir aku melihat perbedaannya. Ia bangun pagi, berdiri, rukuk dan bersujud. Memohon dan bermunajat.

Membuka lembar demi lembar buku toefl yang ia pinjam dari ku. Bahkan sebenarnya aku sedikit bingung untuk menuliskannya. Karena aku hanya menjadi saksi kesungguhannya. Sulit sekali mencurahkan kegigihannya dalam sebuah tulisan.

Awalnya dia ingin sekali masuk UNS melalui beasiswa STAR, ia belajar bersungguh-sungguh. Ia yang sadar diri tentang kemampuan bahasa iggrisnya yang jauh dari kata pas-pasan selalu mengajak ku berkencan untuk belajar dan belajar bahasa inggris. Karena ia selalu bilang ga bisa belajar toefl sendiri.


Waktu-waktu kami sering dihabiskan untuk belajar, sekaligus aku me-refresh toefl ku. Weekend yang sering kita lalui untuk bermain, 3 bulan terakhir ini kita gunakan untuk belajar. Jogging pagi hari, dilanjutkan seharian full belajar. Nongkrong di warung kopi dari jam 12 sampai jam 3 sore. Break shalat ashar, lanjut belajar di tempat lain sebagai pengalih kejenuhan. Di taman, di perpustakaan, dimana saja asal dia nyaman. Dia tak henti-hentinya belajar. Aku terharu.

Seumur-umur aku kerja di daerah Tomang, ia selalu beralibi untuk menjemput aku di kantor, karena memang arah dari kantornya (daerah lapangan Banteng) ke arah kantor ku adalah area macet yang parah. Eh kemarin pas mau ikut tes, entah kesambet apa, doi mau jemput. Dan selanjutnya kami ke tempat ngopi. Kamu tahu untuk apa ? untuk melanjutkan belajar toefl.

Hujan deras, ia menjemputku di stasiun Manggarai, sembari menunggu hujan reda, kami duduk di KFC. Kamu tahu apa yang dia lakukan ? mengajak berlatih soal toefl.

Setiap weekend kita jalani bersama, kegigihannya membuatku salut. Kedisiplinannya membuatku terharu.

Weekend lain waktu, ia mengajakku ke gramedia. Mencari buku toefl lain sebagai pembanding dan referensi tambahan.

Hingga akhirnya, tes UNS berjalan dengan lancar. Dan waktu pengumuman pun tiba. Rizki memang tak akan salah alamat. Dia tidak diterima.

Aku tahu dia sedih, karena dia ingin sekali melanjutkan kuliah di UNS. Namun, usaha keras tak akan menghianati kan ?

Saat pendaftaran beasiswa STAR untuk kampus UNSOED dibuka, ia segera memantaskan diri untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Berbeda dengan UNS kemarin, dimana tes nya harus dilakukan di UNS. UNSOED agaknya lain, karena kita bisa submit syaratnya dari hasil tes di luar. Syarat yang dibutuhkan adalah lolos tes TPA (Bapenas) dan Teofl (ITP). Ia segera bangkit dan move on dari UNS, mendaftar untuk tes UNSOED tersebut.

Waktunya memang sangat mepet sekali, hanya berselang sekitar 2 minggu untuk pengumpulan berkas dan pengumuman pembukaan pendaftaran. Untuk tes TPA di Bapenas, kuota pertanggal tersebut sudah penuh. Namun kan Gusti Allah sugih, ia diberi kesempatan untuk mengikuti tes TPA dengan mengganti posisi temannya yang telah mendaftar sebelumnya. Karena temannya tidak jadi ikut. Kan rezeki.

Rencananya kami akan menghadiri pernikahan Kunto, tiket sudah ditangan. Namun karena tanggal tes nya bersamaan dengan jadwal kepulangan kami. Akhirnya doi nge-cancel tiketnya. Dan melanjutkan usahanya.

Beberapa hari berikutnya hasil tes TPA keluar. Taraaaaaaam, ada angin sejuk dari kekecewaan yang sempat ia rasakan karena ditolak bekas kampus ku kemarin :P score TPA nya tinggi, 647,8.

Tinggal memikirkan Toefl. Mengingat kemampuan bahasa inggrisnya yang jauh dari kata pas-pasan, sempat terselip niat untuk beli sertifikat toefl yang dijual di negri antah berantah sana. Namun niat hanya sebatas niat. Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Memilih cara gantle untuk menjemput rizkinya dengan cara yang halal J

Ia mengikuti tes toelf di ILP Cikini, dengan waktu yang sangat mendesak antara waktu daftar dengan hari tes. Dibantu oleh salah seorang karyawan di kantornya saat mendaftar, akhirnya ia bisa mengikuti tes toefl dengan lancar. Allah menegurnya lagi agar ia tak kelewat senang dengan hasil tes TPA kemarin. Ia mendapatkan score toefl 473. Sementara banyak teman-temannya yang mendapat score diatas 500. Sempat ia bimbang untuk submit hasil tersebut atau mengikuti tes masuk saja di UNSOED.

Singkat cerita akhirnya dia memutuskan untuk submit berkas yang telah ia miliki, dengan tidak mengikuti tes di UNSOED. Ia pasrahkan pada Allah Al-Rozaq, Ar Rahman. Ia tetap berangkat ke Unsoed untuk mengumpulkan berkas aslinya, berombongan bersama teman-temannya.

Hingga akhirnya pengumuman UNSOED tertanggal 19 February diummkan melalui WEB. Ia sedih lagi karena namanya tak terunggah di-list nama-nama penerima beasiswa STAR Unsoed. Aku melihat kesedihannya.

Tanggal 20, 21 kita lalui dengan normal. Tetap makan nasi, tetap ngopi, tetap ngemil dan tetap seperti sedia kala. Kita tetap mengobrol dan bercengkerama seperti hari-hari biasa. Ia bercerita tentang teman-temannya, tentang kami. Tentang semuanya. Termasuk ada salah satu temannya yang keterima beasiswa double, di Andalas dan di UNSOED. Di Andalas kuliahnya sudah berjalan sekitar seminggu. Sementara di UNSOED baru pengumuman. Temannya jadi bahan bullying, katanya.

Tapi kamu tahu, hal yang paling menyakitkan itu justru bukan saat orang yang paling kita sayangi ngomel-ngomel marah karena ulah kita. Tapi saat melihat ia sedih, dan terluka.

Hari Senin, 22 Februari 2016. Kita beraktifitas masing-masing. Kerja seperti hari-hari sebelumnya. Setiap melangkahkan kaki keluar dari kantor menuju rumah, aku sering ngabarin dia terlebih dahulu. Kemudian menyimpan hpe di tas. Waktu itu aku tak sadar kalau handphone ku bergetar panjang. Pertanda ada telepon. Aku baru menyadari saat berada di stasiun palmerah, menunggu oncom-line menjemputku. Sambil membuka handphone, aku membuka notifikasi missed calls yang muncul di layar hp ku, “dearest”.

Aku mulai membuka telegram, dan membaca pesan satu persatu. Selalu pesan darinya yang ku baca terlebih dahulu. Betapa girangnya. Ada pengumuman baru tentang UNSOED yang menyatakan bahwa ia lolos STAR UNSOED. Aaaaaaaak. Aku coba pencet layar hp ku dan menelepon nomor yang kuberi nama “dearest”. Masih sibuk. Dan kemudian ia meneleponku balik. Kami tertawa girang yang terhubung melalui sambungan telpon, dengan frekuensi yang sama sehingga kita bisa saling mendengarkan. Kami terharu dan kegirangan.

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu (HR. Tirmidzi 3522)

Gusti Allah Sugih !!! Yakin ini adalah rizkimu, rasanya akan jauh berbeda jika tanggal 19 kamu langsung dinyatakan lolos. Kamu harus mengalami naik turun, pasang surut terlebih dahulu. Hingga kamu mampu mengendalikannya dengan ciamik. Do’a-do’a Ibu dan Bapakmu didengarkan oleh Allah. Pun begitu, begitu banyak orang yang mendoakanmu. Kita tak pernah tahu, do’a mana yang akan dikabulkan oleh Allah. Tugas kita adalah tetap berbuat baik, karena kita tak pernah tahu do’a dari mulut siapa yang akan dikabulkan J

Yakin Usaha sampai. Yakin Usaha Sampai. Yakin !

Rizki ga akan tertukar ataupun salah alamat.

Banyak pelajaran dari perjalananmu ini J


Selamat, atas satu pijakan yang telah kamu lalui. Semangat menjadi Mahasiswa Baru ! Di Kota Ngapak, di kota yang kamu bilang mendoan dan es durennya enak. Di kota yang kamu bilang makanannya serba murah, jadi bikin kamu selalu pengen makan terus. Di Kota yang setiap malamnya tak hanya menyediakan sate dan nasi goreng saja. Di kota yang mengantarkan mimpimu menjadi semakin dekat.  Semangat Siswa ! Selamat berlajar J

PS : Terimakasih juga kepada salah satu temanmu, yang meng-confirm dan menjatuhkan pilihannya di Andalas. Sehingga menaikkan posisimu dari urutan ke-31 menjadi urutan ke-30. Nama mu berhasil masuk list Mahasiswa di UNSOED melalui beasiswa STAR. Ia salah satu jalan rizkimu dibuka, dari berbagai jalan yang telah kau tempuh J

No comments:

Post a Comment