Dedicate to : Ikhwan Fathoni
Aku belajar kedisiplinan dan kegigihan dari
orang ini.
Tak ku ragukan lagi setiap usahanya untuk
mendapatkan sesuatu, ia selalu bersungguh-sungguh dalam berusaha. Tak pernah
setengah-setengah, atau bahkan hanya seperempat usaha. Ia selalu mengupayakan
usahanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, dengan kerja keras, dan do’a
yang sungguh-sungguh.
Selama 3 bulan terakhir aku melihat
perbedaannya. Ia bangun pagi, berdiri, rukuk dan bersujud. Memohon dan
bermunajat.
Membuka lembar demi lembar buku toefl yang ia
pinjam dari ku. Bahkan sebenarnya aku sedikit bingung untuk menuliskannya.
Karena aku hanya menjadi saksi kesungguhannya. Sulit sekali mencurahkan
kegigihannya dalam sebuah tulisan.
Awalnya dia ingin sekali masuk UNS melalui
beasiswa STAR, ia belajar bersungguh-sungguh. Ia yang sadar diri tentang
kemampuan bahasa iggrisnya yang jauh dari kata pas-pasan selalu mengajak ku
berkencan untuk belajar dan belajar bahasa inggris. Karena ia selalu bilang ga
bisa belajar toefl sendiri.
Waktu-waktu kami sering dihabiskan untuk
belajar, sekaligus aku me-refresh toefl ku. Weekend yang sering kita lalui
untuk bermain, 3 bulan terakhir ini kita gunakan untuk belajar. Jogging pagi
hari, dilanjutkan seharian full belajar. Nongkrong di warung kopi dari jam 12
sampai jam 3 sore. Break shalat ashar, lanjut belajar di tempat lain sebagai
pengalih kejenuhan. Di taman, di perpustakaan, dimana saja asal dia nyaman. Dia
tak henti-hentinya belajar. Aku terharu.
Seumur-umur aku kerja di daerah Tomang, ia
selalu beralibi untuk menjemput aku di kantor, karena memang arah dari
kantornya (daerah lapangan Banteng) ke arah kantor ku adalah area macet yang
parah. Eh kemarin pas mau ikut tes, entah kesambet apa, doi mau jemput. Dan
selanjutnya kami ke tempat ngopi. Kamu tahu untuk apa ? untuk melanjutkan
belajar toefl.
Hujan deras, ia menjemputku di stasiun
Manggarai, sembari menunggu hujan reda, kami duduk di KFC. Kamu tahu apa yang
dia lakukan ? mengajak berlatih soal toefl.
Setiap weekend kita jalani bersama,
kegigihannya membuatku salut. Kedisiplinannya membuatku terharu.
Weekend lain waktu, ia mengajakku ke
gramedia. Mencari buku toefl lain sebagai pembanding dan referensi tambahan.
Hingga akhirnya, tes UNS berjalan dengan
lancar. Dan waktu pengumuman pun tiba. Rizki memang tak akan salah alamat. Dia
tidak diterima.
Aku tahu dia sedih, karena dia ingin sekali
melanjutkan kuliah di UNS. Namun, usaha keras tak akan menghianati kan ?
Saat pendaftaran beasiswa STAR untuk kampus
UNSOED dibuka, ia segera memantaskan diri untuk memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan. Berbeda dengan UNS kemarin, dimana tes nya harus dilakukan di UNS.
UNSOED agaknya lain, karena kita bisa submit syaratnya dari hasil tes di luar.
Syarat yang dibutuhkan adalah lolos tes TPA (Bapenas) dan Teofl (ITP). Ia
segera bangkit dan move on dari UNS, mendaftar untuk tes UNSOED tersebut.
Waktunya memang sangat mepet sekali, hanya
berselang sekitar 2 minggu untuk pengumpulan berkas dan pengumuman pembukaan
pendaftaran. Untuk tes TPA di Bapenas, kuota pertanggal tersebut sudah penuh.
Namun kan Gusti Allah sugih, ia diberi kesempatan untuk mengikuti tes TPA
dengan mengganti posisi temannya yang telah mendaftar sebelumnya. Karena
temannya tidak jadi ikut. Kan rezeki.
Rencananya kami akan menghadiri pernikahan
Kunto, tiket sudah ditangan. Namun karena tanggal tes nya bersamaan dengan
jadwal kepulangan kami. Akhirnya doi nge-cancel tiketnya. Dan melanjutkan
usahanya.
Beberapa hari berikutnya hasil tes TPA
keluar. Taraaaaaaam, ada angin sejuk dari kekecewaan yang sempat ia rasakan
karena ditolak bekas kampus ku kemarin :P score TPA nya tinggi, 647,8.
Tinggal memikirkan Toefl. Mengingat kemampuan
bahasa inggrisnya yang jauh dari kata pas-pasan, sempat terselip niat untuk
beli sertifikat toefl yang dijual di negri antah berantah sana. Namun niat
hanya sebatas niat. Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Memilih cara gantle untuk
menjemput rizkinya dengan cara yang halal J
Ia mengikuti tes toelf di ILP Cikini, dengan
waktu yang sangat mendesak antara waktu daftar dengan hari tes. Dibantu oleh
salah seorang karyawan di kantornya saat mendaftar, akhirnya ia bisa mengikuti
tes toefl dengan lancar. Allah menegurnya lagi agar ia tak kelewat senang
dengan hasil tes TPA kemarin. Ia mendapatkan score toefl 473. Sementara banyak
teman-temannya yang mendapat score diatas 500. Sempat ia bimbang untuk submit
hasil tersebut atau mengikuti tes masuk saja di UNSOED.
Singkat cerita akhirnya dia memutuskan untuk
submit berkas yang telah ia miliki, dengan tidak mengikuti tes di UNSOED. Ia
pasrahkan pada Allah Al-Rozaq, Ar Rahman. Ia tetap berangkat ke Unsoed untuk
mengumpulkan berkas aslinya, berombongan bersama teman-temannya.
Hingga akhirnya pengumuman UNSOED tertanggal
19 February diummkan melalui WEB. Ia sedih lagi karena namanya tak terunggah
di-list nama-nama penerima beasiswa STAR Unsoed. Aku melihat kesedihannya.
Tanggal 20, 21 kita lalui dengan normal.
Tetap makan nasi, tetap ngopi, tetap ngemil dan tetap seperti sedia kala. Kita
tetap mengobrol dan bercengkerama seperti hari-hari biasa. Ia bercerita tentang
teman-temannya, tentang kami. Tentang semuanya. Termasuk ada salah satu
temannya yang keterima beasiswa double, di Andalas dan di UNSOED. Di Andalas
kuliahnya sudah berjalan sekitar seminggu. Sementara di UNSOED baru pengumuman.
Temannya jadi bahan bullying, katanya.
Tapi kamu tahu, hal yang paling menyakitkan
itu justru bukan saat orang yang paling kita sayangi ngomel-ngomel marah karena
ulah kita. Tapi saat melihat ia sedih, dan terluka.
Hari Senin, 22 Februari 2016. Kita beraktifitas
masing-masing. Kerja seperti hari-hari sebelumnya. Setiap melangkahkan kaki
keluar dari kantor menuju rumah, aku sering ngabarin dia terlebih dahulu.
Kemudian menyimpan hpe di tas. Waktu itu aku tak sadar kalau handphone ku
bergetar panjang. Pertanda ada telepon. Aku baru menyadari saat berada di
stasiun palmerah, menunggu oncom-line menjemputku. Sambil membuka handphone, aku
membuka notifikasi missed calls yang muncul di layar hp ku, “dearest”.
Aku mulai membuka telegram, dan membaca pesan
satu persatu. Selalu pesan darinya yang ku baca terlebih dahulu. Betapa
girangnya. Ada pengumuman baru tentang UNSOED yang menyatakan bahwa ia lolos
STAR UNSOED. Aaaaaaaak. Aku coba pencet layar hp ku dan menelepon nomor yang
kuberi nama “dearest”. Masih sibuk. Dan kemudian ia meneleponku balik. Kami
tertawa girang yang terhubung melalui sambungan telpon, dengan frekuensi yang
sama sehingga kita bisa saling mendengarkan. Kami terharu dan kegirangan.
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu (HR. Tirmidzi 3522)
Gusti Allah Sugih !!! Yakin ini adalah
rizkimu, rasanya akan jauh berbeda jika tanggal 19 kamu langsung dinyatakan
lolos. Kamu harus mengalami naik turun, pasang surut terlebih dahulu. Hingga
kamu mampu mengendalikannya dengan ciamik. Do’a-do’a Ibu dan Bapakmu
didengarkan oleh Allah. Pun begitu, begitu banyak orang yang mendoakanmu. Kita
tak pernah tahu, do’a mana yang akan dikabulkan oleh Allah. Tugas kita adalah
tetap berbuat baik, karena kita tak pernah tahu do’a dari mulut siapa yang akan
dikabulkan J
Yakin Usaha sampai. Yakin Usaha Sampai. Yakin
!
Rizki ga akan tertukar ataupun salah alamat.
Banyak pelajaran dari perjalananmu ini J
Selamat, atas satu pijakan yang telah kamu
lalui. Semangat menjadi Mahasiswa Baru ! Di Kota Ngapak, di kota yang kamu
bilang mendoan dan es durennya enak. Di kota yang kamu bilang makanannya serba
murah, jadi bikin kamu selalu pengen makan terus. Di Kota yang setiap malamnya
tak hanya menyediakan sate dan nasi goreng saja. Di kota yang mengantarkan
mimpimu menjadi semakin dekat. Semangat
Siswa ! Selamat berlajar J
PS : Terimakasih juga kepada salah satu
temanmu, yang meng-confirm dan menjatuhkan pilihannya di Andalas. Sehingga menaikkan
posisimu dari urutan ke-31 menjadi urutan ke-30. Nama mu berhasil masuk list Mahasiswa
di UNSOED melalui beasiswa STAR. Ia salah satu jalan rizkimu dibuka, dari
berbagai jalan yang telah kau tempuh J
No comments:
Post a Comment